Pages

Thursday, August 25, 2011

Romadhon 25


Udara malam ini begitu dingin, terasa samar menyentuh kulitku. Jam menunjukkan angka 11.23 , sudah larut. Tak terdengar lagi suara orang mengaji dari loudspeaker masjid, yang biasanya lamat-lamat terdengar di telingaku.

Tiba – tiba aku ingin melihat kalender, apakah ini malam ganjil ? di sepuluh hari terakhir bulan Romadhon ? tanyaku dalam hati.

Aku menghela nafas, bahkan kini tak mudah lagi bagiku untuk ingat tanggal – tanggal penting dibulan Romadhon seperti dahulu, saat bisa sholat berjama’ah di masjid, I’tikaf, bermunajat pada-Nya, khatam Al-Qur’an dan merasa dekat dengan-Nya . Tak terasa air matakupun mengalir perlahan…

Mencoba untuk mengingat…

Tiga tahun terakhir, setelah menikah dan mempunyai seorang putri kecil yang begitu cantik, aku seperti disibukkan dengan rutinitas rumah tangga. Belajar menata diri dan waktu, sebuah perubahan besar yang harus kukelola dengan baik. Dan aku belum berhasil..

Terasa sekali tiap bulan Romadhon datang, saat lembar demi lembar Al-qur’an tak lagi mudah bisa kukhatamkan, Sholat khusyu menjadi ritual yang mahal untukku, ketika tiba-tiba gadis cantikku terbangun dan meminta untuk segera ditemani, aku harus segera beranjak mengakhiri munajatku. Esok pagi, saat memulai aktivitas sepertinya rasa lelah masih terus bergelayut di sendi – sendi tulangku. Membuat ibadah menjadi semakin berat.

Dan kini Romadhon akan segera berakhir..

Kutatap wajah putri kecilku yang tengah tertidur lelap, anugerah dari Alloh, kebahagian yang luar biasa selalu meliputi hari-hariku, Amanah dari Alloh yang harus selalu kujaga, menjadikannya generasi Islam masa depan, cahaya Islam di jamannya.

Lalu, sudah sejauh mana aku berusaha lebih keras menjadi hamba-Nya yang sholihah ? Rasa lelah yang tak seberapa, dibandingkan dengan semua keajaiban Nikmat-Nya,  Suami yang sholeh, anak yang sehat dan keluarga bahagia, tak pernah bisa terhitung oleh bilangan manusia.

Dimana rasa syukurku ?

Malam ini, malam ke 25…

Kubaca Al-Qur’an, seperti Alloh merengkuh jiwaku, sudah lama sekali, rasa damai itu muncul kembali, kumohon ampun pada-Nya, dan berdo’a seperti yang diajarkan Rosululloh :

“ Ya Alloh, sesungguhnya engkau Maha Pemaaf, dan mencintai maaf, maka maafkanlah Aku “

Terus berdzikir, dengar air mata yang tak henti mengalir membasahi sajadah, berharap, semoga Alloh terus memberi kesempatan bertemu dan melewati Romadhon bertahun – tahun dengan penuh kesempurnaan.

No comments:

Post a Comment